Friday 14 August 2015

Sepinya Perpustakaan Nasional RI

          Pada Jumat, 14 Agustus 2015, saya dan seorang teman saya berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI yang terletak di daerah Salemba, Jakarta Pusat. Kami pergi ke Perpusnas dengan tujuan untuk mengumpulkan bahan makalah sekolah.
          Dari sekolah, kami berjalan kaki ke Halte Transjakarta Pasar Baru lalu naik bis arah PGC dan turun di Halte Transjakarta Salemba Capitol Park Carolus. Biaya untuk naik kendaraan ini adalah Rp. 3.500,-. Berhubung saya tidak membawa uang, maka teman saya membayarkannya untuk saya. Setelah turun dari halte, kami masih harus berjalan sekitar 100 meter sampai ke gedung Perpusnas.
          Isi dari gedung ini sangat berbeda dengan apa yang kami bayangkan, karena selama ini bagi kami, perpustakaan adalah tempat dimana pengunjung dapat memilih-milih buku dari rak untuk dibaca, dan meminjamnya bila tertarik.
          Pertama kali masuk, kami disambut dengan lobi yang tampak kosong. Kami pun bertanya kepada Pak Satpam, dan ternyata untuk masuk dan membaca, kami harus mendaftarkan diri menjadi anggota terlebih dahulu. Biaya pendaftaran gratis.
          Setelah kami mendaftar, kami mendapat kartu anggota. Setiap anggota harus melaporkan kunjungan di komputer yang terletak di dekat pintu masuk. Pengunjung juga wajib meninggalkan kartu identitas dan menitipkan barang bawaan di dalam loker.
          Kami pun naik ke lantai 2 menggunakan lift. Lift tersebut sempit, dengan kapasitas maksimal 6 orang, dan lampunya redup berkedip-kedip. Lantai 2 juga nampak sepi pengunjung.
          Di lantai 2, kami sampai di ruang katalog. Ruang katalog berisi komputer-komputer dimana kita bisa mencari buku yang kita inginkan. Kita wajib mencatat identitas buku tersebut sebelum membacanya, karena ternyata pengunjung tidak diperbolehkan mencari buku sendiri dari rak buku.
          Kami pun mencatat identitas buku, lalu diberitahu bahwa buku tersebut ada di lantai 3. Sampai di lantai 3, kertas berisi identitas tersebut diserahkan pada pustakawan agar Ia dapat mengambilkan buku tersebut.
          Tetapi ternyata, karena buku itu terbit tahun 1983, buku tersebut telah dipindahkan ke lantai 5. Kami pun merasa jenuh dan malas untuk melanjutkan pencarian kami. Maka kami memutuskan untuk pulang dan pergi ke perpustakaan yang lain.

          Dari kunjungan ini, kami merasa bahwa sistem pencarian buku yang dipakai di Perpusnas sangatlah tidak efektif. Sistem "katalog" tersebut membuat pengunjung pemula kebingungan dalam mencari buku. Kita pun dituntut untuk mengetahui judul tepat dari buku yang hendak kita baca sebelum kita mencari buku tersebut di komputer ruang katalog.
          Pengunjung juga tidak diperbolehkan meminjam buku. Kami hanya boleh mem-fotokopi buku yang kami cari. Pustakawan yang ada di Perpusnas pun sikapnya kurang ramah, tidak ada inisiatif untuk memandu kami yang sedang kebingungan.
          Menurut saya, hal tersebut merupakan beberapa faktor penyebab sepinya pengunjung di Perpusnas. Jika sistem pencarian dan sikap pustakawan tidak di evaluasi, lama kelamaan, jumlah pelajar yang berminat untuk berkunjung ke Perpusnas akan terus berkurang sampai tidak ada. Padahal Perpusnas memiliki koleksi buku yang sangat banyak dan bagus. Sayang sekali jika pelajar Jakarta enggan untuk berkunjung kesini.


No comments:

Post a Comment