Thursday 27 August 2015

Naik Transportasi Umum

         
Sejak masuk SMA, saya mulai pulang sekolah dengan kereta rel listrik. Pada awalnya, saya tidak tahu apa-apa tentang transportasi umum. Bahkan saya tidak tahu bahwa murid-murid dan guru-guru banyak yang pulang sekolah menggunakan transportasi umum.
          Teman sekelas saya di kelas X yang pertama mengenalkan saya kepada kereta rel listrik. Ia sendiri pulang sendiri dengan jemputan, tetapi saat tidak ikut jemputan, Ia pulang dengan kereta ke Bekasi. Di dekat rumah popo saya di Cikini ada stasiun kereta. Maka dari itu saya katakan ke mama saya apakah saya boleh pulang naik kereta ke rumah popo saya kalau pulang sore.
          Awalnya, Mama dan Papa saya tidak mengizinkan karena takut berbahaya. Tetapi saya mencoba-coba naik dengan teman, lalu setelah beberapa kali akhirnya diizinkan juga. Saya menjadi sering naik kereta dan akhirnya membuat kartu Commuter Line KRL.
          Menurut saya pulang sendiri dengan kendaraan umum itu menyenangkan karena bisa pergi ramai-ramai dengan teman dan naik kereta bersama. Stasiun yang dekat dari sekolah adalah Stasiun Juanda, dan stasiun itu sangat bersih dan sudah dilengkapi dengan berbagai toko makanan. Keretanya pun ber-AC dan ada gerbong khusus wanita.
          Dengan naik transportasi umum, saya jadi tidak merepotkan orang tua yang harus menjemput dan dapat mengurangi kemacetan, menghemat uang, dan waktu akibat kemacetan di Jakarta. Selain itu jadwal saya juga menjadi lebih fleksibel bila suatu saat harus pulang lebih sore.
          Pulang dengan kereta juga dapat memberikan pengalaman-pengalaman unik seperti berlari mengejar kereta yang sudah mau sampai, bertemu guru di stasiun, ketinggalan kereta, bersempit-sempitan di dalam gerbong, dan lain-lain.
          Biasanya murid dan guru Santa Ursula punya jurusan kereta yang bervariasi, antara lain : Bekasi, Bogor, Depok, dan Jakarta Kota. Saya sendiri bisa naik arah Bekasi ataupun Depok. Kebanyakan teman saya naik arah Bekasi.
          Selain kereta, banyak juga transportasi umum yang aksesnya mudah dari sekolah. Ada bajaj, ojek, Kopaja/Metromini yang bisa ditunggu di halte seberang sekolah, dan juga Transjakarta yang bisa dinaikki dari Halte Juanda ataupun Halte Pasarbaru.
          Saya juga pernah naik Kopaja 20 dari Grand Indonesia ke sekolah, naik Transjakarta dari Juanda ke Grand Indonesia, dan dari Pasar Baru ke Salemba. Dengan naik transportasi umum, saya merasa semakin mandiri dan bisa berpergian tanpa merepotkan orang lain.

Perpustakaan Nyaman di Pusat Jakarta

         
Dari teman saya, saya mengetahui tentang Freedom Institute Public Library. Perpustakaan umum ini dikelola oleh swasta dan terletak di Jalan Proklamasi. Setelah membuat kartu anggota, saya lumayan sering berkunjung ke sana.
          Pada awalnya saya ingin mencari buku referensi untuk paper. Tetapi perpustakaan ini hanya mempunyai koleksi seputar Politik, Sosial, Filsafat, Ekonomi, Sastra, dan Sejarah, sedangkan topik paper saya waktu itu antara Fisika/TIK. Maka dari itu biasanya saya berkunjung untuk membaca novel ataupun mengerjakan tugas sekolah.
          Masuk ke perpustakaan dan membuat kartu anggota tidak dikenai biaya. Tetapi kita tidak bisa meminjam buku. Kita hanya boleh mem-fotokopi buku yang kita inginkan.
          Saat masuk, kita harus menitipkan tas dan akan diberikan tas kecil bertuliskan nomor penitipan yang kita bisa pakai untuk membawa barang berharga seperti dompet dan handphone.
          Suasana perpustakaan sangat hening walaupun ramai dikunjungi mahasiswa-mahasiswa. Maka dari itu saya memanfaatkan keheningan ini untuk menyelesaikan PR atau belajar untuk ulangan. Disini juga disediakan Wi-Fi gratis dan kursi pijat.
          Jika kita lapar, kita dapat makan di kafe Wisma Proklamasi di sebelah perpustakaan. Suasana kafe seperti restoran tempo dulu dan minumannya enak walaupun sedikit mahal untuk pelajar. Kita juga bisa duduk-duduk di taman di antara kafe dan perpustakaan, tetapi buku tidak boleh dibawa keluar gedung perpustakaan.
         Menurut saya perpustakaan ini sangat nyaman untuk saya belajar dan menghabiskan waktu untuk membaca. Koleksi bukunya juga sangat berkualitas.

Friday 21 August 2015

Paper : Tugas Akhir Sekolah

          Minggu pertama masuk sekolah di kelas XII, kami diberitahu tentang guru yang akan membimbing paper (tugas akhir sekolah) kami. Saya mendapat guru Fisika dan TIK yaitu Pak Arif. Beberapa hari kemudian kami dipanggil untuk berkumpul pertama kali dengan pembimbing. Pak Arif menugasi kami untuk mengumpulkan 6 topik dan menyerahkannya kepada beliau dalam waktu 1 minggu.
          Kami bebas memilih topik Fisika ataupun TIK karena beliau mengajar 2 subjek tersebut. Sulit bagi saya untuk memikirkan 6 topik karena saya tidak tahu apa-apa. Saya akhirnya menuliskan 4 topik Fisika yang beberapa tentang energi alternatif dan 2 topik TIK.
          Setelah saya kumpulkan pada hari Senin, topik saya dapat diambil pada hari Kamis. Pada hari Kamis, Pak Arif mengembalikan daftar topik dan telah memilih 1 topik yang beliau pikir paling sesuai.
          Dari 6 topik, beliau memilih topik "E-Book sebagai Alternatif Buku Kertas" yang merupakan topik pelajaran TIK. Saya sangat senang dengan topik itu karena tidak terlalu sulit dan saya memang tertarik dengan topik tersebut.
          Selama semester ganjil ini, saya harus mengumpulkan bahan dan menyusun paper dengan baik dan berkonsultasi se-efektif mungkin dengan guru pembimbing agar tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas ini menurut saya menuntut saya untuk bisa mengatur waktu dengan baik agar tidak kewalahan nantinya.
          Saya harap tugas ini dapat selesai tepat waktu, dengan hasil yang baik, dan semuanya dapat menjalani sidang paper di awal tahun depan dengan baik.

Jalan-Jalan dengan Teman

         
Pada hari Jumat, 7 Agustus 2015, saya tidak masuk sekolah karena guru-guru sedang menjalani pelatihan. Maka dari itu saya dan teman-teman memutuskan untuk jalan-jalan.
          Kami bertemu di Dunkin Donut Kantor Pos jam 7 pagi lalu sekitar jam 8 kami berangkat ke Galeri Nasional dengan berjalan kaki dari Kantor Pos. Sesampainya di sana, pameran lukisan abstrak yang ingin kami kunjungi ternyata baru akan buka pada pukul 9. Kami akhirnya menunggu di 7-Eleven Gambir sampai pameran buka.
          Kami melihat pameran dengan gratis. Kami juga masuk ke pameran Spanish Fashion Designer yang sedang digelar di gedung sebelah. Karya-karya yang dipamerkan menurut kami sangat bagus, walaupun kami tidak terlalu mengerti artinya karena lukisannya abstrak.
          Sesudah itu kami pergi ke Metropole di Cikini dengan 2 taksi. Kami makan di restoran Ayam Bakar Megaria. Disitu kami bertemu dengan teman-teman lain yang ternyata baru pulang jalan-jalan juga.
          Sehabis makan, kami memutuskan untuk pergi ke Perpustakaan Freedom Institute yang terletak di Jalan Proklamasi.
          Kami kesana dengan berjalan kaki. Kami mencari buku referensi untuk paper sekolah, dan membaca-baca buku yang kami pilih. Kami juga membuat kartu anggota perpustakaan.
          Sekitar pukul 1, kami pergi dari perpustakaan menuju Stasiun Cikini. Dari Cikini, kami naik kereta komuter arah Jakartakota lalu turun di Juanda.
          Dari Stasiun Juanda, kami turun jembatan penyebrangan, lalu menunggu bus City Tour di halte, karena kami hendak menuju ke Mal Grand Indonesia. Di Grand Indonesia, kami mengunjungi Gramedia lalu kami membeli pretzel di lantai bawah.
          Sekitar jam 3 kami selesai berjalan-jalan. Ada teman yang dijemput disana, ada juga yang harus kembali ke sekolah naik Transjakarta. Saya dan Diva naik bajaj ke Stasiun Gondangdia. Saya turun di Stasiun Cikini, dan Diva di Bekasi.
          Keesokan harinya, kaki saya pegal-pegal karena seharian berjalan kaki dan naik transportasi umum. Tetapi pengalaman ini menyenangkan sekali.

Friday 14 August 2015

Sepinya Perpustakaan Nasional RI

          Pada Jumat, 14 Agustus 2015, saya dan seorang teman saya berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI yang terletak di daerah Salemba, Jakarta Pusat. Kami pergi ke Perpusnas dengan tujuan untuk mengumpulkan bahan makalah sekolah.
          Dari sekolah, kami berjalan kaki ke Halte Transjakarta Pasar Baru lalu naik bis arah PGC dan turun di Halte Transjakarta Salemba Capitol Park Carolus. Biaya untuk naik kendaraan ini adalah Rp. 3.500,-. Berhubung saya tidak membawa uang, maka teman saya membayarkannya untuk saya. Setelah turun dari halte, kami masih harus berjalan sekitar 100 meter sampai ke gedung Perpusnas.
          Isi dari gedung ini sangat berbeda dengan apa yang kami bayangkan, karena selama ini bagi kami, perpustakaan adalah tempat dimana pengunjung dapat memilih-milih buku dari rak untuk dibaca, dan meminjamnya bila tertarik.
          Pertama kali masuk, kami disambut dengan lobi yang tampak kosong. Kami pun bertanya kepada Pak Satpam, dan ternyata untuk masuk dan membaca, kami harus mendaftarkan diri menjadi anggota terlebih dahulu. Biaya pendaftaran gratis.
          Setelah kami mendaftar, kami mendapat kartu anggota. Setiap anggota harus melaporkan kunjungan di komputer yang terletak di dekat pintu masuk. Pengunjung juga wajib meninggalkan kartu identitas dan menitipkan barang bawaan di dalam loker.
          Kami pun naik ke lantai 2 menggunakan lift. Lift tersebut sempit, dengan kapasitas maksimal 6 orang, dan lampunya redup berkedip-kedip. Lantai 2 juga nampak sepi pengunjung.
          Di lantai 2, kami sampai di ruang katalog. Ruang katalog berisi komputer-komputer dimana kita bisa mencari buku yang kita inginkan. Kita wajib mencatat identitas buku tersebut sebelum membacanya, karena ternyata pengunjung tidak diperbolehkan mencari buku sendiri dari rak buku.
          Kami pun mencatat identitas buku, lalu diberitahu bahwa buku tersebut ada di lantai 3. Sampai di lantai 3, kertas berisi identitas tersebut diserahkan pada pustakawan agar Ia dapat mengambilkan buku tersebut.
          Tetapi ternyata, karena buku itu terbit tahun 1983, buku tersebut telah dipindahkan ke lantai 5. Kami pun merasa jenuh dan malas untuk melanjutkan pencarian kami. Maka kami memutuskan untuk pulang dan pergi ke perpustakaan yang lain.

          Dari kunjungan ini, kami merasa bahwa sistem pencarian buku yang dipakai di Perpusnas sangatlah tidak efektif. Sistem "katalog" tersebut membuat pengunjung pemula kebingungan dalam mencari buku. Kita pun dituntut untuk mengetahui judul tepat dari buku yang hendak kita baca sebelum kita mencari buku tersebut di komputer ruang katalog.
          Pengunjung juga tidak diperbolehkan meminjam buku. Kami hanya boleh mem-fotokopi buku yang kami cari. Pustakawan yang ada di Perpusnas pun sikapnya kurang ramah, tidak ada inisiatif untuk memandu kami yang sedang kebingungan.
          Menurut saya, hal tersebut merupakan beberapa faktor penyebab sepinya pengunjung di Perpusnas. Jika sistem pencarian dan sikap pustakawan tidak di evaluasi, lama kelamaan, jumlah pelajar yang berminat untuk berkunjung ke Perpusnas akan terus berkurang sampai tidak ada. Padahal Perpusnas memiliki koleksi buku yang sangat banyak dan bagus. Sayang sekali jika pelajar Jakarta enggan untuk berkunjung kesini.